Sutradara : Sunil Soraya
Produser : Sunil Soraya, Ram Soraya
Produksi : PT. Soraya Intercine Films
Penulis : Buya Hamka
Genre : Drama, roman
Rilis : 19 Desember 2013
Durasi :
165 menit
Pemain : Harjunot Ali sebagai Zainuddin
Pevita Pearce sabagai Hayati
Reza
Rahadian sebagai Aziz
Randi
‘Nidji’ sebagai Muluk
Zainuddin adalah seorang
anak yang berdarah Makassar yang dibesarkan dengan kebudayaan suku Bugis.
Zainuddin merantau ke tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Padang Panjang, untuk
mencari jati diri dan ilmu agama serta mempelajari kebudayaan setempat.
Pada saat berada di tempat
yang ditujunya, Zainuddin bertemu dengan gadis cantik bernama Hayati. Seorang
anak yang yatim piatu dan diasuh oleh ketua suku di Batipuh. Keduanya pun
saling jatuh cinta.
Tapi hubungan mereka
ditentang para tetua suku karena perbedaan budaya. Zainuddin dianggap bukan
seorang pria yang mapan dan tidak cocok dijadikan sandaran hidup Hayati. Lalu,
para tetua memutuskan agar Zainuddin segera angkat kaki dari Batipuh agar tidak
berhubungan dengan Hayati lagi. Sebelum meninggalkan Batipuh, Zainuddin dan
Hayati saling mengucapkan janji setia.
Waktu berlalu, Hayati
akhirnya menikah dengan Aziz, seorang anak kaya raya berdarah Minang.
Mengetahui kenyataan ini, Zainuddin meluapkan amarah dengan mengatakan
pernikahan Hayati dan Aziz hanyalah, “Pernikahan harta dan kecantikan.”
Zainuddin pun jatuh sakit
untuk waktu yang cukup lama. Kemudian, Muluk menasihati Zainuddin untuk terus
melangkah dan Zainuddin pun pergi ke tanah Jawa. Zainuddin menulis kisah
hidupnya dan mengirimkan ke surat kabar. Karya tulisnya dinikmati oleh
masyarakat bahkan sampai ke Sumatera Barat. Zainuddin pun berhasil menjadi
orang terpandang.
Zainuddin telah berhasil
menjadi pemimpin surat kabar di Surabaya. Dan dalam sebuah pagelaran Opera,
Zainuddin bertemu dengan Hayati dengan suaminya. Di depan Hayati, Zainudin
berpura-pura seolah tidak mengenalinya. Ia sudah menganggap Hayati sebagai
istri dari temannya. Hingga pada
akhirnya, ikrar janji yang dahulu pernah dibuat mekar kembali. Namun, kisah
cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya dalam sebuah tragedi
pelayaran kapal Van Der Wijk.
Kekurangan : Film ini menyuguhkan artistik dan properti ala
tahun 1930-an yang terkesan berbau kekinian, kurang meyakinkan untuk mendukung
suasana 1930-an. Alur ceritanya yang cukup lambat diperparah dengan banyaknya
dialog surat-menurat antara Zainuddin dan Hayati. Kekurangan lainnya adalah special effect kapal. Tenggelamnya pun
tidak jelas penyebabnya. Terkesan dipaksakan, seolah hanya mau tenggelam saja.
Kelebihan : Film
ini memiliki daya tarik dari segi dialog yang dipilih dan kostum yang bagus.
Dialog yang cenderung puitis menjadi penghibur untuk penonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar